Jumat, 21 Oktober 2016

I’ll Stand by You

Prolog

 April, 2011
                Hari yang cerah. Hari dimana aku bertemu dengannya. Dia menoleh dari balik pintu kelasnya ke aula, tempatku berdiri waktu itu. Dia manis. Kacamata bacanya yang agak bergaris-garis biru itu membuat dia lebih terlihat lucu dan tampan. Sebenarnya aku tau dia tidak memerlukan itu saat tidak membaca, tapi kenapa dia tetap memakai benda itu? Mmm seandainya aku mengenalnya dari awal sebelum akhirnya dia pindah ke Sekolah lain.

Juni, 2014

                Aku bertemu lagi dengannya. Setelah aku lulus, aku masuk ke salah satu Sekolah Menengah Atas  di Melbourne ini dan melihat dia, anak laki-laki manis itu lagi. Kami seangkatan, tapi aku belum mengenalnya. Aku akan segera mengenalnya, tapi bagaimana?






Part 1
                
                “Aku Mike. Mike Colli. Kau?” Katanya sambil menyodorkan tangan tanda perkenalan. Aku pun membalas “ Panggil saja aku Sam, Samantha Bouvan.” Sambil menjabat tangannya canggung. Dia melanjutkan dengan basa-basi biasa seperti “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” kalian tau bagaimana rasanya? Sakit. Sakit luar biasa karena dia bahkan tidak tahu bahwa kami pernah satu sekolah sebelumnya. Padahal aku sangat menyukainya. Aku meninggalkannya karena terlalu kesal. Alhasil, dengan ekspresi kebingungan, dia mengikutiku.

“Ada apa? Kita belum selesai bicara. Apa aku salah bicara? Atau kau sakit? Apa kau ada keperluan lain? Ada masalah? Ceritakan padaku.”

Mendengarnya saja sudah membuatku sakit kepala. Dia menghujamku dengan berbagai macam pertanyaan.

“Aku baik. Hanya saja, apa kau benar-benar tidak mengenalku?”

“hahaha… jangan bodoh. Kau ini sangat lucu”

“Hufttt. Dia mengenalku.” Kataku dalam hati. Dan dia melanjutkan kata-katanya,”tentu aku tidak mengenalmu. Kita baru pertama kali bertemu kan? Jadi ada masalah apa?” Rasanya seperti tercekik oleh orang lain yang juga tercekik yang tercekik di dalam air. “Tidak ada. Hanya saja, kita pernah atu sekolah saat SMP dulu. Aku kelas 9A dank au 9B.” Kataku sedikit berbisik dengan ekspresi konyol, bibir agak maju dan dahi mengkerut.

“Oh maafkan aku. Aku agak lupa, kau pasti murid pindahan dari Indonesia itu ya? Maafkan aku. Padahal aku sering melihatmu dulu.” Balasnya dengan tulus.

“Tidak apa. Aku memang invisible girl yang kurang diketahui orang. Itu bukan salahmu.” Kataku bohong agar bias mendapat perhatian lebih darinya. Memang menyedihkan. Tapi itulah cinta

“Maafkan aku lagi jika membuatmu merasa begitu. Setahuku, kau memiliki banyak teman. Dan bahkan aku tidak pernah melihat kau pergi kemanapun sendiri. Biasanya kau membawa serta 6-7 bodyguard. Apa kau berbohong agar mendapat perhatian dariku?”

“Kenapa kau berkata seperti itu? Menurutmu aku serendah itu?”

“Tidak. Tentu saja tidak. Menurutku itu manis dan manja. Sikap manja yang manis.”

Deg…

Sekali lagi dia berhasil membuat jantungku berhenti. Nafasku bertambah cepat. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku. Dia…dia…dia… hanya itu yang ada dibenakku saat ini. Apa ini yang namanya cinta?


























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar