Prolog
April, 2011
Hari
yang cerah. Hari dimana aku bertemu dengannya. Dia menoleh dari balik pintu
kelasnya ke aula, tempatku berdiri waktu itu. Dia manis. Kacamata bacanya yang
agak bergaris-garis biru itu membuat dia lebih terlihat lucu dan tampan. Sebenarnya
aku tau dia tidak memerlukan itu saat tidak membaca, tapi kenapa dia tetap
memakai benda itu? Mmm seandainya aku mengenalnya dari awal sebelum akhirnya dia
pindah ke Sekolah lain.
Juni, 2014
Aku bertemu
lagi dengannya. Setelah aku lulus, aku masuk ke salah satu Sekolah Menengah
Atas di Melbourne ini dan melihat dia,
anak laki-laki manis itu lagi. Kami seangkatan, tapi aku belum mengenalnya. Aku
akan segera mengenalnya, tapi bagaimana?
Part 1
“Aku
Mike. Mike Colli. Kau?” Katanya sambil menyodorkan tangan tanda perkenalan. Aku
pun membalas “ Panggil saja aku Sam, Samantha Bouvan.” Sambil menjabat
tangannya canggung. Dia melanjutkan dengan basa-basi biasa seperti “Apa kita
pernah bertemu sebelumnya?” kalian tau bagaimana rasanya? Sakit. Sakit luar
biasa karena dia bahkan tidak tahu bahwa kami pernah satu sekolah sebelumnya.
Padahal aku sangat menyukainya. Aku meninggalkannya karena terlalu kesal.
Alhasil, dengan ekspresi kebingungan, dia mengikutiku.
“Ada apa? Kita belum selesai bicara. Apa aku salah bicara?
Atau kau sakit? Apa kau ada keperluan lain? Ada masalah? Ceritakan padaku.”
Mendengarnya saja sudah membuatku sakit kepala. Dia
menghujamku dengan berbagai macam pertanyaan.
“Aku baik. Hanya saja, apa kau benar-benar tidak
mengenalku?”
“hahaha… jangan bodoh. Kau ini sangat lucu”
“Hufttt. Dia
mengenalku.” Kataku dalam hati. Dan dia melanjutkan kata-katanya,”tentu aku
tidak mengenalmu. Kita baru pertama kali bertemu kan? Jadi ada masalah apa?”
Rasanya seperti tercekik oleh orang lain yang juga tercekik yang tercekik di
dalam air. “Tidak ada. Hanya saja, kita pernah atu sekolah saat SMP dulu. Aku
kelas 9A dank au 9B.” Kataku sedikit berbisik dengan ekspresi konyol, bibir
agak maju dan dahi mengkerut.
“Oh maafkan aku. Aku agak lupa, kau pasti murid pindahan
dari Indonesia itu ya? Maafkan aku. Padahal aku sering melihatmu dulu.” Balasnya
dengan tulus.
“Tidak apa. Aku memang invisible
girl yang kurang diketahui orang. Itu bukan salahmu.” Kataku bohong agar bias
mendapat perhatian lebih darinya. Memang menyedihkan. Tapi itulah cinta
“Maafkan aku lagi jika membuatmu merasa begitu. Setahuku,
kau memiliki banyak teman. Dan bahkan aku tidak pernah melihat kau pergi
kemanapun sendiri. Biasanya kau membawa serta 6-7 bodyguard. Apa kau berbohong agar mendapat perhatian dariku?”
“Kenapa kau berkata seperti itu? Menurutmu aku serendah itu?”
“Tidak. Tentu saja tidak. Menurutku itu manis dan manja. Sikap
manja yang manis.”
Deg…
Sekali lagi dia berhasil membuat jantungku berhenti. Nafasku
bertambah cepat. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku. Dia…dia…dia…
hanya itu yang ada dibenakku saat ini. Apa ini yang namanya cinta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar