cara diet efektif alami dan mudah
Selasa, 01 November 2016
Jumat, 28 Oktober 2016
A New Destination
A New Destination
Part 3
Cuacanya hangat dan berbeda dari sebelumnya. Hidupku terasa lebih berwarna ditambah suasana hatiku membaik karena dia, Mike Colli. Tapi, akhir-akhir ini dia berbeda dari biasanya. Dia jarang menemui untuk sekedar berbincang, dia juga lebih sering dengan teman-teman satu kelasnya. “Mungkin hanya fase.” Pikirku. Tapi, harapan itu pudar setelah melihatnya bersenda gurau dengan seorang anak perempuan teman satu kelasnya. Dia terlihat sangat bahagia dan senang. Tak ada tanda kekhawatiran yang biasanya dia perlihatkan padaku saat aku merasa sedih karena ejekan teman-temanku. Sikapnya berbeda dengan gadis itu. Akhirnya, dia menemuiku yang melihat dengan tatapan bingung kedalam kelasnya
Minggu, 23 Oktober 2016
Rasa Itu
Rasa Itu
Part 2
Part 2
Juni, 2015
Setahun
lalu,aku kembali merasakan rasa yang telah lama hilang itu. Mike benar-benar
memikat hatiku. He knows how to amaze a girl like me. 1 tahun sudah berlalu dan
benih-benih cinta itu tumbuh hari demi hari. Kami tumbuh di SMA ini bersama dan
aku makin dekat dengannya. Seandainya dia tau perasaanku, tak akan kulupakan
detik-detik saat aku bersamanya,berada didekatnya,melihat senyumnya bahkan
hanya melakukan hal-hal kecil yang baginya mungkin tidak berarti apapun. Namun
bagiku, melihat wajah Chinese –nya
yang lucu itu, adalah impian lama yang terwujud kembali dan ……. Mmm sulit
melukiskannya dengan kata-kata. Intinya, itu sangat berarti bagiku.
“Dia
datang!” Seruku dalam hati. Ya, inilah aku. Setiap hari aku selalu menunggu
kedatangannnya di depan tangga dekat kelasku bersama sahabat setiaku, Dera.
Dera Pedleton. Sebenarnya Dera juga sedang menunggu kekasihnya. Jadi dia mau
saja aku ajak menunggu Mike,dasar. Tapi yang terpenting, Mike sudah datang.
“Morning Sam,Dera. What’s up?” Sapanya.“Nothing,
she makes me stay here and waiting for you.” Balas Dera. Spontan, aku langsung
menyikutnya. Dia meringis kesakitan.“No, she lied. She just waits for her
boyfriend.” Sahutku membenarkan diri.Dia tersenyum simpul dan dengan ekspresi
menggoda dia berkata“jadi kau tidak merindukanku? Kau tidak ingin
menungguku?”Mukaku memerah seperti tomat segar yang baru matang. Mereka berdua
berhasil membuatku salah tingkah dan hampir menangis.
“Ok. Aku naik dulu ya. Aku ada urusan.”
“Ok. Bye. Have a nice day.” Balasku.
“You too pig.”
“What? You just call me pig?
Come back here you little man. I’ll kill you!”
Mike lalu berlari tunggang langgang ke kelasnya dengan tersenyum. Tak apa. Yang terpenting bagiku dia senang. Lagipula, aku juga sering menyusahkannya. Beberapa bulan lalu saja, dia digosipkan berpacaran denganku, dan akhirnya dia putus dengan pacarnya waktu itu. Tapi dia tidak marah padaku. Dia malah menenangkanku agar aku tidak sedih karena banyak orang mengejekku. Dia selalu ada untukku. Aku akan melakukan banyak hal agar dia bahagia. Karena dia, istimewa.
Jumat, 21 Oktober 2016
I’ll Stand by You
Prolog
April, 2011
Hari
yang cerah. Hari dimana aku bertemu dengannya. Dia menoleh dari balik pintu
kelasnya ke aula, tempatku berdiri waktu itu. Dia manis. Kacamata bacanya yang
agak bergaris-garis biru itu membuat dia lebih terlihat lucu dan tampan. Sebenarnya
aku tau dia tidak memerlukan itu saat tidak membaca, tapi kenapa dia tetap
memakai benda itu? Mmm seandainya aku mengenalnya dari awal sebelum akhirnya dia
pindah ke Sekolah lain.
Juni, 2014
Aku bertemu
lagi dengannya. Setelah aku lulus, aku masuk ke salah satu Sekolah Menengah
Atas di Melbourne ini dan melihat dia,
anak laki-laki manis itu lagi. Kami seangkatan, tapi aku belum mengenalnya. Aku
akan segera mengenalnya, tapi bagaimana?
Jumat, 02 September 2016
cerita pertamaku
ini artikel pertama aku... salam kenal. karena ini artikel pertama aku dan juga aku cepet-cepetan, aku ambil dulu cerpen ini dari http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-romantis/when-i-miss-you.html
untuk artikel selanjutnya, aku buat sendiri kok. tetep baca ya....
untuk artikel selanjutnya, aku buat sendiri kok. tetep baca ya....
When I Miss You
Judul Cerpen When I Miss You
Cerpen Karangan: Hilda Sicylia Safitri
Cerpen Karangan: Hilda Sicylia Safitri
Jari-jari kokoh itu terus menekan setiap tuts piano di depannya. Mengalunkan sebuah nada indah yang siapa saja mendengarnya akan terhipnotis. Aku berjalan mengikuti alunan suara indah itu, yang aku yakini berasal dari ruang musik dan lelaki itu yang memainkannya.
Sejenak aku terdiam di depan pintu ketika dia terfokus ke piano di hadapannya itu. Aku melangkah mendekatinya, sampai aku berada tepat di belakangnya. Entah dorongan dari mana, aku menyentuh bahu lelaki itu sambil tersenyum. Dia menoleh ke arahku dan senyum indah menghiasi wajahnya. Senyum yang sejak kecil aku sukai. Senyum hangat yang menenangkanku dikala aku gelisah. Senyum lelaki itu. Tatapan matanya mengisyaratkan aku untuk duduk di sebelahnya. Aku mengangguk dan duduk di sebelahnya. Dia tersenyum dan kembali bermain bersama nada indah itu.
Sejenak aku terdiam di depan pintu ketika dia terfokus ke piano di hadapannya itu. Aku melangkah mendekatinya, sampai aku berada tepat di belakangnya. Entah dorongan dari mana, aku menyentuh bahu lelaki itu sambil tersenyum. Dia menoleh ke arahku dan senyum indah menghiasi wajahnya. Senyum yang sejak kecil aku sukai. Senyum hangat yang menenangkanku dikala aku gelisah. Senyum lelaki itu. Tatapan matanya mengisyaratkan aku untuk duduk di sebelahnya. Aku mengangguk dan duduk di sebelahnya. Dia tersenyum dan kembali bermain bersama nada indah itu.
Dia sahabat kecilku, cinta kecilku. Cinta yang mungkin hanya aku yang merasakannya. Kami saling mengenal sejak saat kecil. Bundaku dan ibunya berteman baik. Dia mengajarkanku bermain piano. Dan sekarang kami sama-sama duduk di bangku SMA. Aku tahu itu tandanya aku akan segera berpisah dengannya. Karena dia akan melanjutkan pendidikannya di negeri seberang.
Aku menyandarkan kepalaku di pundaknya. Dia menoleh sebentar lalu berhenti memainkan piano di depannya. Tanpa sadar air mataku yang sedari tadi aku tahan tumpah begitu saja. Dia menatapku seakan tahu bahwa aku tidak sanggup untuk kehilangannya.
“Kau kenapa? Kau tidak boleh menangis, Hil. Aku masih disini, bersamamu” ucapnya seraya tersenyum.
“Aku tahu sekarang kau masih disini, tapi lusa? Kau akan pergi jauh dariku, Zan. Aku takut kau melupakanku” ucapku parau. Dia masih tersenyum.
“Kau ini bicara apa? Kau sahabatku, mana mungkin aku melupakanmu? Sudah sekarang kita ke kantin. Aku lapar.” Ajaknya setengah memaksa. Dia menggenggam tanganku, membawaku ke kantin sekolah. Tidak sedikit mata-mata itu menatapku iri. Bagaimana tidak? Lelaki yang kini menggandeng tanganku ini adalah idola perempuan di sekolah ini. Mereka menganggap aku dan lelaki ini sebagai sepasang kekasih, namun kenyataannya kami hanya bersahabat.
“Kau kenapa? Kau tidak boleh menangis, Hil. Aku masih disini, bersamamu” ucapnya seraya tersenyum.
“Aku tahu sekarang kau masih disini, tapi lusa? Kau akan pergi jauh dariku, Zan. Aku takut kau melupakanku” ucapku parau. Dia masih tersenyum.
“Kau ini bicara apa? Kau sahabatku, mana mungkin aku melupakanmu? Sudah sekarang kita ke kantin. Aku lapar.” Ajaknya setengah memaksa. Dia menggenggam tanganku, membawaku ke kantin sekolah. Tidak sedikit mata-mata itu menatapku iri. Bagaimana tidak? Lelaki yang kini menggandeng tanganku ini adalah idola perempuan di sekolah ini. Mereka menganggap aku dan lelaki ini sebagai sepasang kekasih, namun kenyataannya kami hanya bersahabat.
Cuaca minggu pagi ini seakan mewakili hatiku. Matahari bersembunyi di balik awan-awan yang kian menghitam. Angin bertiup dengan lembutnya. Aku hanya terdiam di balik jendela kamarku, menikmati sentuhan angin yang membelai wajahku. Aku menoleh dan berjalan ke arah meja yang berada di dalam kamar saat handphoneku berdering mengalunkan nada River flows in you – Yiruma. Kutatap layar handphoneku nama ‘Ma best’ tertera disana. Lalu kusentuh tmbol hijau dan terdengar suara lelaki itu.
“Halo, hil? Kau sedang sibuk? Aku ingin bertemu denganmu. Bisakah kita bertemu di cafe biasa?” tanyanya beruntut.
“Halo, hil? Kau sedang sibuk? Aku ingin bertemu denganmu. Bisakah kita bertemu di cafe biasa?” tanyanya beruntut.
Langganan:
Postingan (Atom)